Apa Itu “Healing Desa”?
“Healing desa” merujuk pada aktivitas atau gaya hidup sementara di pedesaan untuk menyegarkan kembali fisik dan mental. Banyak orang kota yang merasa penat dengan tekanan kerja dan kehidupan sosial memilih untuk tinggal di desa selama beberapa minggu, bahkan berbulan-bulan. Namun bukan berarti mereka benar-benar berlibur — mereka tetap bekerja secara remote.
Istilah ini mulai populer di media sosial, terutama TikTok dan Instagram, ketika banyak konten kreator membagikan pengalaman tinggal di desa: bangun pagi dengan suara ayam, bekerja dengan latar sawah, hingga berkebun sebagai aktivitas relaksasi.
Glamping: Gaya Liburan Baru yang Anti-Ribet
Glamping (glamorous camping) merupakan alternatif bagi mereka yang ingin menikmati alam tanpa harus meninggalkan kenyamanan. Di Indonesia, tren glamping melonjak drastis sejak pandemi, saat orang mulai mencari tempat liburan yang jauh dari keramaian dan lebih dekat dengan alam.
Kini, banyak destinasi glamping bermunculan di daerah seperti Bandung, Yogyakarta, Bali, hingga Lembang. Tenda-tenda mewah dengan fasilitas hotel bintang tiga — mulai dari kasur empuk, AC, kamar mandi pribadi, hingga koneksi internet — menjadi pilihan favorit anak muda dan keluarga.
Mengapa Tren Ini Bisa Viral?
- Didorong oleh Media Sosial: Banyak villa dan glamping spot yang viral di TikTok karena video estetik. Visual seperti meja kerja di balkon dengan pemandangan sawah hijau atau aktivitas memetik sayur sendiri sangat menarik secara visual.
- Work From Anywhere (WFA): Sejak pandemi, budaya kerja remote semakin umum. Perusahaan mulai mengizinkan karyawan bekerja dari mana saja — asal produktivitas terjaga. Ini membuka peluang tinggal di tempat yang lebih menyenangkan secara emosional dan mental.
- Harga Relatif Terjangkau: Biaya hidup di desa jauh lebih murah dibandingkan kota besar. Banyak orang merasa bisa menghemat pengeluaran sambil mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.
- Meningkatnya Kesadaran Kesehatan Mental: Healing tidak lagi dianggap mewah, tapi kebutuhan. Banyak orang menyadari bahwa kesehatan mental sangat penting dan menjadikan “healing desa” sebagai terapi non-medis.
Fakta Unik di Balik Fenomena “Healing Desa”
- Tingginya Permintaan Villa dan Homestay Desa: Di beberapa daerah, villa-villa desa sampai penuh dipesan hingga 3 bulan ke depan karena viral di media sosial.
- Digital Farmer: Banyak orang kota yang mencoba gaya hidup “digital farmer” — bekerja di depan laptop pagi hari, lalu bercocok tanam atau merawat kebun kecil di sore hari.
- Desa Jadi Coworking Space: Beberapa desa kini menyediakan fasilitas coworking di tempat yang tidak biasa — seperti bale desa, gazebo, bahkan di tengah sawah.
- Warga Lokal Ikut Terdampak Positif: Banyak warga desa yang kini menyewakan rumah mereka untuk remote worker atau membuka kafe kecil di area sawah.
- Program Pemerintah & Start-Up Turut Andil: Pemerintah daerah dan beberapa start-up pariwisata mulai mendukung tren ini dengan menyediakan infrastruktur internet dan pelatihan bagi warga lokal.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Positif:
- Meningkatkan Pendapatan Warga Lokal: Penyewaan homestay, layanan laundry, warung makan, hingga pemandu wisata memberikan penghasilan baru bagi masyarakat desa.
- Transfer Ilmu dan Teknologi: Interaksi antara orang kota dan warga desa seringkali membuka peluang kerja sama dan pertukaran pengetahuan.
- Revitalisasi Desa: Banyak desa yang tadinya sepi, kini hidup kembali karena kedatangan digital nomad lokal.
Potensial Negatif:
- Gentrifikasi: Harga tanah dan rumah bisa melonjak karena banyak investor luar yang tertarik.
- Ketimpangan Sosial: Jika tidak dikelola baik, bisa terjadi kesenjangan antara pendatang dan warga asli.
Tips Jika Ingin Ikut Tren “Healing Desa”
- Pilih Lokasi dengan Jaringan Internet Stabil: Kerja remote butuh koneksi yang baik. Pastikan lokasi glamping atau homestay punya fasilitas ini.
- Hargai Budaya Lokal: Jangan hanya datang sebagai wisatawan. Cobalah berbaur, pelajari budaya dan adat setempat.
- Beli dari UMKM Desa: Bantu perekonomian lokal dengan belanja di warung atau membeli kerajinan tangan setempat.
- Jaga Kebersihan dan Alam: Jangan buang sampah sembarangan atau merusak lingkungan sekitar.
Kesimpulan
Tren “Healing Desa” dan glamping bukan hanya fenomena sementara. Ini adalah refleksi dari perubahan cara hidup, cara bekerja, dan cara berlibur generasi masa kini. Dengan teknologi yang memudahkan kita bekerja dari mana saja, dan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, desa-desa di Indonesia menjadi tempat pelarian yang sempurna.
Selama tren ini dijalankan dengan bijak dan membawa manfaat bagi semua pihak, “healing desa” bisa menjadi masa depan gaya hidup modern — di mana produktivitas dan ketenangan bisa berjalan seimbang.
Sudah saatnya kita merangkul alam, merawat desa, dan menikmati hidup dengan cara yang lebih bermakna.